Tips Sukses Budidaya Udang dengan Sistem Tertutup
Setelah berbagi rahasia sukses budidaya udang air tawar
Penaeus vannamei, kali ini saya akan berbagi rahasia kunci sukses budidaya
udang dalam sistem tertutup.
Budidaya udang sistem tertutup adalah pemanfaatan kembali air limbah dari limbah/kotoran budidaya udang, yaitu melalui proses penyaringan di petak reservoir. Penyaringan air dapat dilakukan melalui proses fisik, kimia dan biologi pada setiap tahapan reservoir.
Budidaya Udang Dengan Sistem Tertutup
Tambahkan air
Air baru dapat
ditambahkan ketika:
1.
Ada banyak rembesan air dalam konstruksi
tanggul;
2.
porositas tanah yang tinggi;
3.
Laju evapotranspirasi (penguapan air) tinggi;
4.
Parameter kualitas air media pemeliharaan tidak
optimal;
5.
Konsentrasi/kelimpahan fitoplankton tinggi
(transparansi rendah, di atas 20 cm);
6.
Peningkatan konsentrasi salinitas;
7.
Masalah dengan kondisi udang (penyakit,
kehilangan nafsu makan, dll)
Persyaratan budidaya udang sistem tertutup
1. konstruksi kolam kedap air
2.
Pembangunan kolam sistem tertutup perlu didesain
ulang (1 unit kolam sistem tertutup meliputi: plot yang diperbesar, kolam
penyaringan biologis, kolam sedimen, kolam karantina/pengobatan, dll);
3.
Benih bebas virus tersebar dan berukuran seragam
(ukuran > PL 12, atau tokolan);
4.
Air media pemeliharaan steril (air baku standar)
dengan disinfektan yang dapat terurai secara hayati dengan risiko kontaminasi
nol (netral);
5.
Pertumbuhan fitoplankton awal merupakan
indikator biologis kunci (pemupukan yang tepat) dan kontrol selama
pemeliharaan;
6.
penggunaan dan regulasi pakan standar;
7.
Penggunaan bahan tambahan pakan yang berisiko
rendah/tidak dilarang dan terencana (imunostimulan);
8.
Penggunaan probiotik yang tepat dan terkontrol;
pengelolaan air dan lumpur secara teratur;
9.
Kontrol oksigen terkontrol (oksigen pagi minimum
> 3,5 ppm);
10.
Kontrol pH dan alkalinitas harian tanpa
goncangan yang signifikan (tidak lebih dari 0,5);
11.
Hindari masuknya krustasea liar melalui air
dengan menggunakan saringan yang rapat dan akses tambak melalui jalur darat
(menggunakan joran/pagar plastik).
12.
kegiatan lain yang dianggap relevan dan
mendesak;
Tindakan pencegahan selama pemeliharaan
1. Penyimpangan salinitas
Salinitas rendah berbahaya karena mengurangi oksigen,
kekeruhan, lapisan air, dan kematian plankton akibat hujan, dan tambak berada
di darat. Harapan: Waduk besar yang diisolasi dari sungai dan air permukaan
yang dibuang melalui pintu Monique atau PVC. Biasanya kondisi salinitas rendah
untuk udang cenderung kurus dan rendah alkalinitas/pH, sehingga membutuhkan
aplikasi kapur yang cukup intensif/teratur untuk mengatasi masalah tersebut;
Salinitas yang tinggi disebabkan oleh musim kemarau.
Diramalkan oleh kolam yang dalam, perubahan air yang lebih sering dengan air
laut, dan pengaturan musim tanam. Pada salinitas tinggi, pertumbuhan udang
seringkali relatif kerdil (salinitas >30 ppt pada musim kemarau), pakan
tambahan seringkali kurang efisien dan efektif (FCR tinggi), dan rentan
terhadap serangan patogen dan SEMBV.
2. Bias Oksigen
Terlalu sedikit oksigen dapat membunuh tetesan dan plankton,
terlalu banyak kekentalan air dan terlalu banyak pakan. Prediksi dengan
mengganti air, menambahkan kincir angin/mesin kelautan (siklus);
Oksigen terlalu tinggi karena fitoplankton terlalu
terkonsentrasi pada sore dan malam hari. Prediksi dengan mengubah air
(pengenceran) dan mengatur waktu berjalan kincir air.
3. Penyimpangan suhu
Suhu rendah (musim timur atau selatan terlalu rendah:
<26,5 °C), efek: nafsu makan berkurang (mungkin > 30%), pertumbuhan
abnormal, kehilangan energi (kalori) yang cukup besar, banyak kematian udang,
perkiraan kedalaman air minimum 1,3 m, siklus penggantian;
Terlalu panas karena air tidak mengalir dan kolam dangkal,
diperkirakan akan memperlebar dan memperdalam tangki ikan, pergantian/sirkulasi
air, menambah kedalaman air (> 1,0 m), efek: udang mungkin stres, nafsu
makan berkurang;
Suhu optimal: 25-30 °C untuk udang putih asli; dan
Solusi dari kedua kondisi suhu tersebut adalah dengan
mengatur strategi musim tanam yang tepat untuk mengontrol optimalisasi
pergantian air harian.
4. Penyimpangan pH dan Alkalinitas
pH rendah (< 7,5) menyebabkan udang kehilangan nafsu
makan, alkalinitas fluktuatif/tidak stabil (penyangga/pengendalian pH), udang
rentan terhadap stres/kelemahan;
pH tinggi (> 9.0), pengurangan pemberian natsu pada
udang, efek: risiko munculnya amonia (NH3) secara tiba-tiba, kematian udang,
alkalinitas yang tidak stabil. Catatan: pH optimum = 7,8 – 8,4 dan Alkalinitas
= 100 -140 ppm
5. Mencegah dan mengatasi air bersih
Kapur 300-500 kg/ha (pH air minimum 7,6) dan tambahkan
kotoran ayam 150-300 kg/ha dan 0,1 ppm urea atau jenis pupuk resiko rendah
lainnya (misalnya: NPK 3 – 5 ppm, Lodan 0,5 -1 ppm, Plankton Katalis 0,5 -1
ppm);
Jika air jernih karena pembungaan tanaman air (lumut,
ganggang, dll.) atau nyamuk/cacing tanah, dapat dihilangkan dengan penghilangan
bertahap secara mekanis, dan kemudian memberikan inokulan fitoplankton (bibit
fitoplankton) dan tindak lanjut. Jumlah pupuk sekitar 10% dari jumlah pupuk
awal. %;
Jika air jernih karena kelebihan zooplankton, matikan kincir
pada sore/pagi hari, beri 1,5 - 2,5 ppm klorin atau 15 -20 ppm formalin,
kemudian saponin 5 -10 ppm dan dedak 3 ppm (perendaman 24 jam: fermentasi
memakan waktu tempat), saring dan gunakan di pagi hari;
Untuk menjaga stabilitas plankton dan lingkungan selama
pemeliharaan, selanjutnya dapat dilakukan pemupukan dan fermentasi probiotik
secara terkendali.
6. Mengatasi Air Berbusa
Fitoplankton mati (clean water/lean phytoplankton), partikel
yang terlihat di air sebelum plankton mati, larutan: ganti air 15-25% dan pupuk
NPK:urea:TSP rasio 4:2:1 kg/5,000 m2 atau jika ada tanaman air Benih (lumut,
dll), pupuk jenis lain lebih aman dan hati-hati, hindari pemupukan langsung di
tambak udang, gunakan probiotik dan sediakan bibit fitoplankton;
Setelah fitoplankton mati, biasanya ada buih/lendir yang
mengambang (berbunga dan berganti air 30-50%), pasang kincir air 1 per 400kg
udang, jika airnya jernih, pupuk mirip salah satu di atas;
Klekap awalnya dihambat pertumbuhannya oleh saponin 5 – 10
ppm, atau sebesar 20 g/m² oleh ikan (ikan bandeng). Busa tidak pecah (gelembung
besar/kecil) hati-hati, penyebab fitoplankton atau klekap mati (berbunga),
lumut mati, lumpur organik berlebihan (busuk), dll. Solusi: Ganti 30-50% air
dengan air tawar dari 3- perlakuan klorin 5 ppm (Supali dari area karantina);
biasanya kapur di PH rendah, coba 5-15 ppm di malam hari ( Sesuaikan jenis
kapur sesuai aplikasi) dan dapat menambahkan 3-5 ppm zeolit (SiO4).
7. Pengendalian Penyakit
Benih harus diproduksi di bawah sistem pembersihan steril;
Induk dan pakan yang tidak terinfeksi diuji di tempat
penetasan bersertifikat (induk ditempatkan dan diperiksa oleh pemasok
bersertifikat);
Lingkungan tambak harus meningkatkan pemeliharaan beberapa
spesies ikan (sebagai filter biologis alami)
Kolam harus dipelihara dengan cara yang mampu mempertahankan
fluktuasi lingkungan (menggunakan air baku dan steril)
Kesehatan udang harus dijaga melalui input berupa stimulan
imun dan feed additive alami;
Aplikasi probiotik yang terkontrol sebagai penetralisir
bahan organik (limbah) dan musuh alami patogen.
Posting Komentar untuk "Tips Sukses Budidaya Udang dengan Sistem Tertutup"